Dia Perempuan Tangguh

02:15 0 Comments A+ a-

PEREMPUAN TANGGUH - Apa sih perempuan tangguh itu? Gimana sih kriterianya biar seorang perempuan bisa dibilang tangguh? Apanya? Apa yang harus kita lakuin biar bisa jadi perempuan tangguh?? Banyak banget pertanyaan berseliweran dikepala aku waktu denger kata ‘Perempuan Tangguh’.

Dan bersyukurnya, belum lama ini aku diajak temen ke Pusat Perbelanjaan di Kota ku, Wonosobo. Disitu aku dikenalin sama perempuan yang menjaga salah satu toko dipusat perbelanjaan itu, pertama aku lihat ngga ada bedanya sama kita kebanyakan. Kita ngobrol ngalor ngidul kaya biasanya aku kalo uda ketemu lawan bicara, ngomentarin orang yang lalu lalang didepan kita dengan sejuta gayanya, ngomentarin para penjaaga toko lainnya didepan, pokoknya pembiacaraan yang cewek banget lah.

Sampe akhirnya ada satu pembeli yang datang dan memilah-milih barang dagangannya, dan aku mulai merasa sedikit janggal dengan jari-jarinya dia yang, maaf, sedikit kurang normal, jari-jarinya sedikit lebih kecil dari kita pada umumnya dan sedikit bengkok-bengkok. Tapi, tentu saja waktu itu aku ngga berani tanya-tanya kenapa karena kita baru aja kenalan. Terus aku juga semakin ngerasa janggal karena dia amat sangat kesusahan buat berdiri disaat pembelinya minta buat ngeliat barang yang tempatnya sedikit lebih tinggi.

Jujur saja, aku orang yang sangat penasaran akan hal-hal yang menurut aku sedikit janggal atau ngga biasa. Ini bukan sekedar karena aku orang yang kepo kepengen tau segalanya, tapi karena aku ngerasa peduli sama dia jadi aku kepengen tau tentang dia. Setelah pertemuan pertama kami, aku jadi lebih sering ke Pusat Perbelanjaan itu ngga mesti sama temenku yang ngenalin aku sama dia. Disaat ada kesempatan aku selalu nyempatin kesana cuma sekedar buat ngobrol bareng. Karena menurutku dia orang yang asyik buat diajak ngobrolin apa aja karena dia orang yang ceria.

Lalu aku tanya sama temenku yang ngenalin aku sama dia, temenku bilang dulu waktu SMA dia kecelakaan jatuh dari motor terus syarafnya yang terganggu jadi dia sulit buat jalan atau aktivitas yang lainnya. Terus terang jawaban kaya gitu ngga menjawab semua pertanyaanku. Dan aku masih kepengen tau semuanya dengan lebih rinci tapi tetap saja aku masih belum punya keberanian buat bertanya langsung.

Sampe disuatu hari yang cerah (ciee bahasaku), aku ngajak temen kosku baut nyamperin dia lagi. Oh iya hampir lupa, dari tadi ngebahas dia, dan aku belum ngasih tau nama dia siapa. Dia adalah Risma, dan aku biasa manggil dia “Mba Isma”. Sampe ditempat biasa dia duduk jagain barang jualannya, kita salaman dan saling sapa kaya biasanya. Ngga lupa juga aku ngenalin dia sama temen kosku. Untungnya temen kosku adalah orang yang lumayan supel dan mudah beradaptasi dengan orang-orang baru jadi ngga ada kecanggungan waktu kita bertiga ngobrol panjang lebar kaya biasanya.

Ditengah-tengah obrolan kita, aku mulai mancing-mancing tentang apa yang terjadi sama dia sampe dia jadi kaya gini sekarang. Aku memang sengaja pengen tau tentang dia karena dari pertama tau keadaan dia yang sebenernya aku pengen ngebahas dia diblog ini, minimal untuk menginspirasi diri aku sendiri dan kalo bisa menginspirasi orang lain juga.

Dan hal pertama yang aku kagumi dari dia adalah, dia ngga pernah ngerasa ngga PD, malu atau merasa rendah diri dengan keadaan dia yang sekarang. Dan dia menceritakan semua yang terjadi sampe akhirnya dia menjadi seperti yang sekarang ini.

Dan kalimat pertama yang Mba Isma bilang adalah:
“Gini deh aku jelasin, selama ini kalo ada orang-orang yang ngga terlalu aku kenal tanya kenapa aku jadi kaya yang sekarang ini pasti aku ngejawabnya karena kecelakaan motor. Itu karena aku ngga mau orang berikiran macem-macem tentang aku atau orang-orang disekitar aku takut ketularan sama penyakit aku”. Dan aku mulai ngerasa ngga enak karena nanyain tentang keadaannya.

Dan aku akan menceritakan semuanya dari awal...

Semuanya berawal waktu Mba Isma masih duduk dikelas 2 SMA, waktu itu kira-kira dia masih berumur 17 tahun. Disuatu pagi dia terbangun dengan telapak kakinya yang tiba-tiba panas, sendi-sendinya terasa sakit dan muncul bentolan-bentolan kecil ditubuhnya. Tapi tentu saja karena dia adalah gadis yang aktif disekolahnya, dia tidak menghiraukan rasa tidak nyamannya dan tetap berangkat sekolah seperti biasa untuk belajar dan bertemu dengan teman-temannya. Tapi ternyata keadaannya tidak seperti yang diharapkan, bukannya semakin membaik tapi malah menjadi semakin buruk. Semakin lama tangannya terasa kaku dan semakin sulit untuk digerakan. Kakinya juga tidak jauh berbeda.

Melihat keadaan anaknya yang tidak semakin membaik, ibu dari Mba Isma membawa Mba Isma ke Puskesmas dan dokter yang dianggap bisa menyembuhkan Mba Isma. Tentu saja aku bertanya-tanya kenapa pada cerita Mba Isma hanya ada ibunya, kenapa tidak ada peran ayahnya disini, ternyata ibunya Mba Isma adalah seorang janda. Subhanallah, ini benar-benar kisah yang luar biasa menurut aku pribadi.

Tapi mungkin Allah masih ingin menguji mereka, setelah berkali-kali kedokter yang berbeda, penyakit Mba Isma belum bisa diketahui dengan pasti, beda dokter beda juga jawaban mereka, ada yang bilang asam uratlah, rematiklah, hingga akhirnya beberapa dokter menyarankan untuk memeriksakan mba Isma di Rumah Sakit yang lebih memadai.

Disela-sela Mba Isma berkisah, sekali-kali aku mencoba menatap matanya, dalam. Ada luka yang dalam bisa aku lihat dari situ, tapi bukan hanya luka, ada ketegaran yang tidak bisa aku jelaskan, yang pasti aku yakin dia benar-benar perempuan tangguh.

Setelah dibawa ke Rumah Sakit, menjalani beberapa kali tes darah dan tes-tes lainnya. Akhirnya dokter memastikan bahwa Mba Isma terserang virus dan terkena penyakit yang disebut ARTRITIS REUMATOID. Apa itu Artritis Reumatoid (AR)? Setelah beberapa kali browsing di Internet, Artritis Reumatoid adalah suatu penyakit autoimun (penyakit yang terjadi pada saat tubuh diserang oleh sistem kekebalan tubuhnya sendiri) yang mengakibatkan peradangan dalam waktu yang lama pada sendi. Penyakit AR ini menimbulkan rasa nyeri dan kaku pada sistem muskuloskeletal yang terdiri dari sendi, tulang, otot dan jaringan ikat. Perbaikan maupun perburukan dari penyakit ini ternyata juga berkaitan dengan faktor makanan.

Disaat tau penyakit yang diderita, Mba Isma dan ibunya tentu saja terpukul dan sedih. Tapi kesedihan itu tidak berlarut-larut mereka rasakan, mereka malah menjadi menjadi semakin tangguh, menguatkan satu sama lain.

Semakin lama keadaan pun semakin sulit, lambat tapi pasti Mba Isma semakin susah bergerak, Mba Isma yang dulunya pernah mengikuti lomba lari kini untuk berjalan saja semakin sulit. Mba isma yang dulunya bebas mau makan apa saja yang dia sukai sekarang harus memilah-milih makanan yang akan dimakan, dia dilarang makan bayam, emping atau apapun yang berasal dari melinjo, buah nanas, jeroan, otak dan juga lemak yang berlebihan, karena efeknya akan langsung terasa  pada tubuhnya yaitu sakit dan nyeri.

Masa sekolahnya mau tidak mau terganggu, Mba Isma sudah tidak boleh mengikuti olahraga apapun, beruntung guru olahraganya Pak Bambang, mau memberikan keringanan dan memberinya nilai hanya dengan tes-tes teori yang dibuatnya. Diakhir-akhir kelas 2 SMA, Mba Isma malah semakin parah, dia harus diopname di Rumah Sakit selama hampir sebulan, bahkan ujian kenaikan kelas 3 nya pun harus dia lakukan di rumahnya karena baru keluar dari Rumah Sakit dan dalam masa pemulihan.

Setelah itu, Mba Isma juga harus menjalani fisioterapi setiap hari Senin dan Rabu untuk memanaskan tubuhnya agar masih tetap bisa bergerak apalagi Wonosobo adalah kota yang dingin dan harus menebus obat yang tidak murah setiap hari Sabtu. Cuaca juga sangat berpengaruh untuk Mba Isma bahkan sampai sekarang, jika cuaca sangat dingin Mba Isma akan merasa nyeri dibagian sendi-sendinya. Jadi ngga heran kalo sampe sekarang Mba Isma masih selalu memakai kaus kaki kalau lagi kerja.

Dan ujian untuk Mba Isma dan ibunya tidak hanya sampai disitu, sebagai seorang janda yang kerjanya sebagai Karyawan biasa disalah satu Perusahaan, tentu keadaan ekonomi keluarga Mba Isma tidak bisa dibilang berlebihan. Pengobatan Mba Isma juga terkadang kurang maksimal karena Mba Isma juga masih tercatat disalah satu SMA terkenal diKota saya yang tentu biayanya tidak murah. Mba Isma memang murid yang lumayan cerdas saat itu, dia tidak pernah tidak tercantum dalam sepuluh besar dikelasnya. Mba Isma bilang: “Masih bisa tetap sekolah dengan keadaan seperti ini, memiliki teman-teman yang tidak pernah meninggalkan saya saja sudah suatu anugerah yang luar biasa”. Dan akhirnya Mba Isma lulus SMA dengan nilai yang lumayan memuaskan.

Tapi ujian dari Allah masih belum berakhir, beberapa bulan setelah lulus, disaat teman-temannya mulai sibuk memilih universitas dan jurusan apa yang akan mereka ambil, penyakit Mba Isma malah semakin parah, Mba Isma tidak bisa berjalan lagi. Tapi tetap Mba Isma dan ibunya tidak pernah menyerah, Ibunya semakin giat bekerja dan menjual apa saja yang bisa dijual untuk pengobatan Mba Isma, dan Alhamdulillah beberapa waktu setelahnya Mba Isma bisa berjalan lagi walaupun dengan tertatih. Mba Isma juga pernah tinggal beberapa bulan di Jakarta, itu sengaja karena cuaca Jakarta yang panas dan memang itu berpengaruh buat Mba Isma, nyeri-nyeri disendinya berkurang, tapi katanya dia lebih betah tinggal di Wonosobo dengan ibunya, karena dia anak semata wayang dan tidak tega meninggalkan ibunya dirumah sendirian kalau dia tetap di Jakarta.

Karena biaya pengobatan yang semakin mahal, Mba Isma dan ibunya memutuskan untuk melakukan pengobatan secara tradisional. Mba Isma dibawa ke pengobatan alternatif dan pengobatannya adalah dengan mengkretek tulang-tulang (semacam memijat dengan sangat keras sampai tulangnya berbunyi diaera tertentu) dan itu adalah yang paling sakit dan membuat Mba Isma menyesal sampai sekarang. Karena setelah itu Mba Isma mengalami demam yang sangat tinggi dan menyebabkan jari-jari Mba Isma mengkerut menjadi lebih pendek dan bengkok-bengkok.

“Aku ngga nyalahin orang yang mengkretek aku, aku juga bukannya ngga bersyukur. Tapi kalo aku punya kantong Doraemon, aku pengen make mesin waktu dan pengen ngelewatin saat aku dikretek dan jari-jariku ngga kaya sekarang. Semua perempuan kan pengen cantik.” Kata-kata itu yang membuat aku sesak menahan air mata. Sungguh ini kisah yang luar biasa menurutku.

Dan setelah 3 tahun lulus SMA, Mba Isma benar-benar berhenti melakukan pengobatan. Dia kasihan sama Ibunya yang harus banting tulang untuk mengobatinya. Dia memilih bekerja menjaga toko sampai sekarang kira-kira dia sudah 5 tahun bekerja. Dia bilang: “Ngga papa walaupun gajinya ngga seberapa, yang penting bisa ngurangin sedikit beban Ibu, masak dari dulu harus ngerepotin Ibu terus.” Walaupun dia harus langganan tukang ojek setiap hari untuk nganter jemput dia kerja, dia ngga pernah ngeluh, dia ngga pernah terlihat murung apalagi galau. Dia terkenal yang paling ceria ditempat kerjanya, dia ngga pernah malu. Dia, benar-benar perempuan tangguh menurutku. Dia menginspirasi aku dan orang-orang disekitarnya. KARENA DIA MEMANG LUAR BIASA. Dan ini adalah foto dia yang sekarang, selalu tersenyum seperti biasanya.

Mba Isma, yang tidak mengenakan kerudung



Tetap jadi perempuan tangguh ya Mba Isma, tetap jadi inspirasi untuk orang-orang disekitar Mba Isma, sebuah kebahagiaan tidak terkira bisa kenal sama Mba Isma dan bisa tau kisahnya Mba Isma. Terimkasih sudah menginspirasi aku untuk ngga pernah menyerah, untuk ngga pernah menyalahkan keadaan, untuk ngga lupa bersyukur, untuk mencintai orang tua lebih dari siapapun.