Dia Perempuan Tangguh
PEREMPUAN TANGGUH - Apa sih
perempuan tangguh itu? Gimana sih kriterianya biar seorang perempuan bisa
dibilang tangguh? Apanya? Apa yang harus kita lakuin biar bisa jadi perempuan
tangguh?? Banyak banget pertanyaan berseliweran dikepala aku waktu denger kata
‘Perempuan Tangguh’.
Dan bersyukurnya, belum lama
ini aku diajak temen ke Pusat Perbelanjaan di Kota ku, Wonosobo. Disitu aku
dikenalin sama perempuan yang menjaga salah satu toko dipusat perbelanjaan itu,
pertama aku lihat ngga ada bedanya sama kita kebanyakan. Kita ngobrol ngalor
ngidul kaya biasanya aku kalo uda ketemu lawan bicara, ngomentarin orang yang
lalu lalang didepan kita dengan sejuta gayanya, ngomentarin para penjaaga toko
lainnya didepan, pokoknya pembiacaraan yang cewek banget lah.
Sampe akhirnya ada satu pembeli
yang datang dan memilah-milih barang dagangannya, dan aku mulai merasa sedikit
janggal dengan jari-jarinya dia yang, maaf, sedikit kurang normal, jari-jarinya
sedikit lebih kecil dari kita pada umumnya dan sedikit bengkok-bengkok. Tapi,
tentu saja waktu itu aku ngga berani tanya-tanya kenapa karena kita baru aja
kenalan. Terus aku juga semakin ngerasa janggal karena dia amat sangat
kesusahan buat berdiri disaat pembelinya minta buat ngeliat barang yang
tempatnya sedikit lebih tinggi.
Jujur saja, aku orang yang
sangat penasaran akan hal-hal yang menurut aku sedikit janggal atau ngga biasa.
Ini bukan sekedar karena aku orang yang kepo kepengen tau segalanya, tapi
karena aku ngerasa peduli sama dia jadi aku kepengen tau tentang dia. Setelah
pertemuan pertama kami, aku jadi lebih sering ke Pusat Perbelanjaan itu ngga
mesti sama temenku yang ngenalin aku sama dia. Disaat ada kesempatan aku selalu
nyempatin kesana cuma sekedar buat ngobrol bareng. Karena menurutku dia orang
yang asyik buat diajak ngobrolin apa aja karena dia orang yang ceria.
Lalu aku tanya sama temenku
yang ngenalin aku sama dia, temenku bilang dulu waktu SMA dia kecelakaan jatuh
dari motor terus syarafnya yang terganggu jadi dia sulit buat jalan atau
aktivitas yang lainnya. Terus terang jawaban kaya gitu ngga menjawab semua
pertanyaanku. Dan aku masih kepengen tau semuanya dengan lebih rinci tapi tetap
saja aku masih belum punya keberanian buat bertanya langsung.
Sampe disuatu hari yang cerah
(ciee bahasaku), aku ngajak temen kosku baut nyamperin dia lagi. Oh iya hampir
lupa, dari tadi ngebahas dia, dan aku belum ngasih tau nama dia siapa. Dia
adalah Risma, dan aku biasa manggil dia “Mba Isma”. Sampe ditempat biasa dia
duduk jagain barang jualannya, kita salaman dan saling sapa kaya biasanya. Ngga
lupa juga aku ngenalin dia sama temen kosku. Untungnya temen kosku adalah orang
yang lumayan supel dan mudah beradaptasi dengan orang-orang baru jadi ngga ada
kecanggungan waktu kita bertiga ngobrol panjang lebar kaya biasanya.
Ditengah-tengah obrolan kita,
aku mulai mancing-mancing tentang apa yang terjadi sama dia sampe dia jadi kaya
gini sekarang. Aku memang sengaja pengen tau tentang dia karena dari pertama
tau keadaan dia yang sebenernya aku pengen ngebahas dia diblog ini, minimal
untuk menginspirasi diri aku sendiri dan kalo bisa menginspirasi orang lain
juga.
Dan hal pertama yang aku kagumi
dari dia adalah, dia ngga pernah ngerasa ngga PD, malu atau merasa rendah diri
dengan keadaan dia yang sekarang. Dan dia menceritakan semua yang terjadi sampe
akhirnya dia menjadi seperti yang sekarang ini.
Dan kalimat pertama yang Mba
Isma bilang adalah:
“Gini deh aku jelasin, selama
ini kalo ada orang-orang yang ngga terlalu aku kenal tanya kenapa aku jadi kaya
yang sekarang ini pasti aku ngejawabnya karena kecelakaan motor. Itu karena aku
ngga mau orang berikiran macem-macem tentang aku atau orang-orang disekitar aku
takut ketularan sama penyakit aku”. Dan aku mulai ngerasa ngga enak karena
nanyain tentang keadaannya.
Dan aku akan menceritakan semuanya
dari awal...
Semuanya berawal waktu Mba Isma
masih duduk dikelas 2 SMA, waktu itu kira-kira dia masih berumur 17 tahun. Disuatu
pagi dia terbangun dengan telapak kakinya yang tiba-tiba panas, sendi-sendinya
terasa sakit dan muncul bentolan-bentolan kecil ditubuhnya. Tapi tentu saja
karena dia adalah gadis yang aktif disekolahnya, dia tidak menghiraukan rasa
tidak nyamannya dan tetap berangkat sekolah seperti biasa untuk belajar dan
bertemu dengan teman-temannya. Tapi ternyata keadaannya tidak seperti yang
diharapkan, bukannya semakin membaik tapi malah menjadi semakin buruk. Semakin
lama tangannya terasa kaku dan semakin sulit untuk digerakan. Kakinya juga
tidak jauh berbeda.
Melihat keadaan anaknya yang
tidak semakin membaik, ibu dari Mba Isma membawa Mba Isma ke Puskesmas dan
dokter yang dianggap bisa menyembuhkan Mba Isma. Tentu saja aku bertanya-tanya
kenapa pada cerita Mba Isma hanya ada ibunya, kenapa tidak ada peran ayahnya
disini, ternyata ibunya Mba Isma adalah seorang janda. Subhanallah, ini
benar-benar kisah yang luar biasa menurut aku pribadi.
Tapi mungkin Allah masih ingin
menguji mereka, setelah berkali-kali kedokter yang berbeda, penyakit Mba Isma
belum bisa diketahui dengan pasti, beda dokter beda juga jawaban mereka, ada
yang bilang asam uratlah, rematiklah, hingga akhirnya beberapa dokter
menyarankan untuk memeriksakan mba Isma di Rumah Sakit yang lebih memadai.
Disela-sela Mba Isma berkisah,
sekali-kali aku mencoba menatap matanya, dalam. Ada luka yang dalam bisa aku
lihat dari situ, tapi bukan hanya luka, ada ketegaran yang tidak bisa aku
jelaskan, yang pasti aku yakin dia benar-benar perempuan tangguh.
Setelah dibawa ke Rumah Sakit, menjalani
beberapa kali tes darah dan tes-tes lainnya. Akhirnya dokter memastikan bahwa
Mba Isma terserang virus dan terkena penyakit yang disebut ARTRITIS REUMATOID.
Apa itu Artritis Reumatoid (AR)? Setelah beberapa kali browsing di Internet, Artritis
Reumatoid adalah suatu penyakit autoimun (penyakit yang terjadi pada saat tubuh
diserang oleh sistem kekebalan tubuhnya sendiri) yang mengakibatkan peradangan dalam
waktu yang lama pada sendi. Penyakit AR ini menimbulkan rasa nyeri dan kaku
pada sistem muskuloskeletal yang terdiri dari sendi, tulang, otot dan jaringan
ikat. Perbaikan maupun perburukan dari penyakit ini ternyata juga berkaitan dengan
faktor makanan.
Disaat tau penyakit yang
diderita, Mba Isma dan ibunya tentu saja terpukul dan sedih. Tapi kesedihan itu
tidak berlarut-larut mereka rasakan, mereka malah menjadi menjadi semakin tangguh,
menguatkan satu sama lain.
Semakin lama keadaan pun
semakin sulit, lambat tapi pasti Mba Isma semakin susah bergerak, Mba Isma yang
dulunya pernah mengikuti lomba lari kini untuk berjalan saja semakin sulit. Mba
isma yang dulunya bebas mau makan apa saja yang dia sukai sekarang harus
memilah-milih makanan yang akan dimakan, dia dilarang makan bayam, emping atau
apapun yang berasal dari melinjo, buah nanas, jeroan, otak dan juga lemak yang
berlebihan, karena efeknya akan langsung terasa pada tubuhnya yaitu sakit dan nyeri.
Masa sekolahnya mau tidak mau
terganggu, Mba Isma sudah tidak boleh mengikuti olahraga apapun, beruntung guru
olahraganya Pak Bambang, mau memberikan keringanan dan memberinya nilai hanya
dengan tes-tes teori yang dibuatnya. Diakhir-akhir kelas 2 SMA, Mba Isma malah
semakin parah, dia harus diopname di Rumah Sakit selama hampir sebulan, bahkan
ujian kenaikan kelas 3 nya pun harus dia lakukan di rumahnya karena baru keluar
dari Rumah Sakit dan dalam masa pemulihan.
Setelah itu, Mba Isma juga
harus menjalani fisioterapi setiap hari Senin dan Rabu untuk memanaskan
tubuhnya agar masih tetap bisa bergerak apalagi Wonosobo adalah kota yang
dingin dan harus menebus obat yang tidak murah setiap hari Sabtu. Cuaca juga
sangat berpengaruh untuk Mba Isma bahkan sampai sekarang, jika cuaca sangat
dingin Mba Isma akan merasa nyeri dibagian sendi-sendinya. Jadi ngga heran kalo
sampe sekarang Mba Isma masih selalu memakai kaus kaki kalau lagi kerja.
Dan ujian untuk Mba Isma dan
ibunya tidak hanya sampai disitu, sebagai seorang janda yang kerjanya sebagai
Karyawan biasa disalah satu Perusahaan, tentu keadaan ekonomi keluarga Mba Isma
tidak bisa dibilang berlebihan. Pengobatan Mba Isma juga terkadang kurang
maksimal karena Mba Isma juga masih tercatat disalah satu SMA terkenal diKota
saya yang tentu biayanya tidak murah. Mba Isma memang murid yang lumayan cerdas
saat itu, dia tidak pernah tidak tercantum dalam sepuluh besar dikelasnya. Mba
Isma bilang: “Masih bisa tetap sekolah dengan keadaan seperti ini, memiliki
teman-teman yang tidak pernah meninggalkan saya saja sudah suatu anugerah yang
luar biasa”. Dan akhirnya Mba Isma lulus SMA dengan nilai yang lumayan memuaskan.
Tapi ujian dari Allah masih
belum berakhir, beberapa bulan setelah lulus, disaat teman-temannya mulai sibuk
memilih universitas dan jurusan apa yang akan mereka ambil, penyakit Mba Isma malah
semakin parah, Mba Isma tidak bisa berjalan lagi. Tapi tetap Mba Isma dan
ibunya tidak pernah menyerah, Ibunya semakin giat bekerja dan menjual apa saja
yang bisa dijual untuk pengobatan Mba Isma, dan Alhamdulillah beberapa waktu
setelahnya Mba Isma bisa berjalan lagi walaupun dengan tertatih. Mba Isma juga
pernah tinggal beberapa bulan di Jakarta, itu sengaja karena cuaca Jakarta yang
panas dan memang itu berpengaruh buat Mba Isma, nyeri-nyeri disendinya
berkurang, tapi katanya dia lebih betah tinggal di Wonosobo dengan ibunya,
karena dia anak semata wayang dan tidak tega meninggalkan ibunya dirumah sendirian
kalau dia tetap di Jakarta.
Karena biaya pengobatan yang
semakin mahal, Mba Isma dan ibunya memutuskan untuk melakukan pengobatan secara
tradisional. Mba Isma dibawa ke pengobatan alternatif dan pengobatannya adalah
dengan mengkretek tulang-tulang (semacam memijat dengan sangat keras sampai
tulangnya berbunyi diaera tertentu) dan itu adalah yang paling sakit dan
membuat Mba Isma menyesal sampai sekarang. Karena setelah itu Mba Isma
mengalami demam yang sangat tinggi dan menyebabkan jari-jari Mba Isma mengkerut
menjadi lebih pendek dan bengkok-bengkok.
“Aku
ngga nyalahin orang yang mengkretek aku, aku juga bukannya ngga bersyukur. Tapi
kalo aku punya kantong Doraemon, aku pengen make mesin waktu dan pengen
ngelewatin saat aku dikretek dan jari-jariku ngga kaya sekarang. Semua perempuan
kan pengen cantik.” Kata-kata itu yang membuat aku sesak menahan air mata.
Sungguh ini kisah yang luar biasa menurutku.
Dan setelah 3 tahun lulus SMA,
Mba Isma benar-benar berhenti melakukan pengobatan. Dia kasihan sama Ibunya
yang harus banting tulang untuk mengobatinya. Dia memilih bekerja menjaga toko
sampai sekarang kira-kira dia sudah 5 tahun bekerja. Dia bilang: “Ngga papa walaupun
gajinya ngga seberapa, yang penting bisa ngurangin sedikit beban Ibu, masak
dari dulu harus ngerepotin Ibu terus.” Walaupun dia harus langganan tukang ojek
setiap hari untuk nganter jemput dia kerja, dia ngga pernah ngeluh, dia ngga
pernah terlihat murung apalagi galau. Dia terkenal yang paling ceria ditempat
kerjanya, dia ngga pernah malu. Dia, benar-benar perempuan tangguh menurutku. Dia
menginspirasi aku dan orang-orang disekitarnya. KARENA DIA MEMANG LUAR BIASA. Dan
ini adalah foto dia yang sekarang, selalu tersenyum seperti biasanya.
Mba Isma, yang tidak mengenakan kerudung
Tetap jadi perempuan tangguh ya
Mba Isma, tetap jadi inspirasi untuk orang-orang disekitar Mba Isma, sebuah
kebahagiaan tidak terkira bisa kenal sama Mba Isma dan bisa tau kisahnya Mba
Isma. Terimkasih sudah menginspirasi aku untuk ngga pernah menyerah, untuk ngga
pernah menyalahkan keadaan, untuk ngga lupa bersyukur, untuk mencintai orang
tua lebih dari siapapun.