Sikunir, Surga yang Terusik
Untuk
masyarakat Wonosobo khususnya anak muda pasti sudah tidak asing lagi dengan
yang namanya Bukit Sikunir. Siapa yang tidak pernah selfie di atas
Sikunir? Hampir semua dari kalian pasti akan menjawab sudah pernah minimal dua
kali ke Sikunir.
Tetapi
kali ini saya tidak akan membahas tentang keindahan matahari terbit atau
tenggelamnya, karena saya sudah pernah menuliskan itu beberapa tahun yang lalu
disini.
Lalu,
mengapa saya memberikan judul seperti ini? Karena itulah yang saya dan
teman-teman saya rasakan belakangan ini. Iya, saya ikut senang dan bangga Dieng
menjadi sangat nge-trend belakangan ini. Bahkan teman-teman saya di social
media yang dari Jakarta dan sekitarnyapun selalu menanyakan tentang Sikunir
belakangan ini. Dan dengan sangat bangganya saya memamerkan keindahan Sikunir
dan tempat camping lainnya. Saya senang sekali karena sekarang Wonosobo
semakin terkenal saja hingga skala nasional bahkan internasional.
Mengapa
saya sangat senang? Karena dengan semakin terkenalnya tempat wisata di Dieng
juga berpengaruh dengan perekonomian masyarakat setempat. Dari yang berjualan
makanan hingga pernak-pernik khas Dieng. Hal ini tentu saja memberikan
keuntungan yang lumayan yang secara otomatis akan memberikan kehidupan yang
semakin baik untuk mereka. Begitu juga dengan tempat penginapan-penginapan
disekitarnya, pasti kita sudah sama-sama tahu jika sekarang para pengunjung
Sikunir tidak boleh lagi bertenda di atas puncaknya. Mengapa? Karena banyak
orang yang kurang bertanggung jawab.
TETAPI
SAYA JUGA SANGAT SEDIH. Karena Sikunir yang sekarang sudah bukan Sikunir yang
dulu lagi. Lihatlah potret Sikunir empat tahun yang lalu dan Sikunir yang sekarang
dibawah ini:
Sikunir empat tahun yang lalu (koleksi pribadi)
Sikunir kini. source foto http://www.google.co.id/imgres?imgurl=http://dieng.org/wp-content/uploads/2014/10/ribuan-wisatawan-memadati-sikunir.jpg
Lihat
betapa indah, asri, dan menenangkannya Sikunir yang dulu. Untuk kami para
pecinta kedamaian, Sikunir salah satu tempat kami “pulang” dan mendekatkan diri
dengan alam ketika kami lelah dengan keramaian yang ada. Tapi sekarang? Sikunir
merupakan tempat tumpahnya manusia.
Saya
masih ingat sekali kurang lebih empat tahun yang lalu untuk pertama kalinya
saya camping di Bukit Sikunir. Saya memang bukan asli Wonosobo dan ini
merupakan pengalaman yang menyenangkan.
Saat itu hanya ada dua tenda yang berdiri. Tenda saya dan teman-saya dan satu
lagi tenda milik orang lain. Dipagi hari, hanya ada satu bule dan satu guide-nya
yang naik untuk melihat sunrise. Saat itu, segalanya begitu menyenangkan
dan menenangkan. Sekarang, kapan lagi bisa merasakan Sikunir yang seperti itu?
Apakah
sekarang masih ada rumput hijau nan subur di Puncak Sikunir? Jawabannya sangat
jarang. Mengapa? Karena habis dibabat atau dibakar bahkan terinjak-injak
ratusan orang, pohon-pohon ditebang untuk perluasan. Kalian semua tahu? Empat
tahun yang lalu, kami masih bisa melihat bunga edelweiss tumbuh subur di Sikunir.
Sekarang? HAHAHA
Apakah
kalian sekarang merasa saya menyalahkan satu pihak tertentu? Jawabannya TIDAK,
saya tidak bermaksud sedikitpun untuk menyalahkan satu pihak tertentu. Saya dan
teman-teman tidak seegois itu untuk menikmati keindahan ciptaan Tuhan sendiri,
saya juga ingin berbagi, tetapi tidak merusaknya.
Bisakah
kita sama-sama menjaganya?
Lalu,
untuk apa kalian ke Puncak?
Jika
saya ditanya seperti itu, saya akan menjawab, untuk pulang, untuk lebih dekat
dengan alam dan Tuhan. Untuk merasakan indahnya kebersamaan bersama teman-teman
dan saling berbagi. Bukan untuk sekedar selfie lalu di upload di
instagram atau sekedar untuk check in di Path. Pamer lalu lupa untuk
membawa kembali sampah kalian.
Apakah
kalian nyaman dengan Sikunir yang sekarang? Apakah kalian tidak bosan dengan
keriuhan sehari-hari di Kota lalu ketika ingin kembali ke alam harus merasakan
riuh lgi? Yang ketika ingin naik harus saling usel-uselan terlebih lagi ketika weekend.
Yang ketika ingin berfoto selalu terganggu dengan tongkat narsis orang lain?
Lalu ketika ingin turun juga harus berduselan dengan orang lain lagi. Apakah
ini cara kita berbagi saat ini?
Postingan
artikel ini diikusertakan dalam #NJFWonosobo2015